Rabu, 07 Maret 2012

DUALISME ORGANISASI

Hidup Mahasiswa...!!!

Terinspirasi dari secangkir kopi & Sebatang rokok,duduk rapi bersama kawan-kawan seperjuangan : 
  • Ibenk : Pria berbadan besar,berwajah karet dan klo ngobrol atw menyimak pembicaraan selalu melipat tangannya bak jagoan india,sok Ganteng lah pokoknya
  • West : Pria Gondrong berparas premanisme tapi dalam kesehariaannya berwatak melankolis ( gugur point pertamanya..cacad )
  • Darwis : Pria gendut yg senang memakai celana botol Fuck Off, tempramental,mulutnya penuh dengan isi TAMAN SAFARI..pokokx satu kata untukx SAMPAH kmu wis..!!!
  • Junot : Nah ini saya berparas Tampan,mudah bergaul.ramah,tidak sombong dan gemar berorganisasi pastinya wkwkwkwk FUCK ME 
  • Yoyosh : Sosok Mediator apabila terjadi penindasan,pelecehan seksual,pembunuhan hingga kasus-kasus kriminal lainnya selama berlangsungx diskusi tidak berguna ini.
Merapat dibawah naungan lampu remang fuck 5 watt dikota yang sering dilanda penyakit mematikan(MATI LAMPU).Sayang jika banyak waktu yg terbuang namun kami tidak bisa menghasilkan apa-apa,dari situlah kami merapatkan kembali kursi cafe kampus,duduk manis sambil memesan kembali secangkir kopi inspirasi untuk kali keduanya sambil mengupas tuntas inti sari tema diatas.Pertanyaan yang sering muncul dikalangan awam para kader-kader multi talent organisasi.Pantaskah Kita/Kami ber-dualisme Organisasi (Menjabat 2 struktural organisasi berbeda dalam kurun waktu yg sama).

Udara semakin dingin begitu jg dengan Kopi pesanan kami,satu persatu rokok pun lancar bersetubuh dengan bibir lembut kami.Malam pun semakin menantang kami untuk bercengkrama satu sama lain,Perbincangan pun dimulai dan seperti biasanya kami bahwa apapun yg kami bahas semuanya pasti mengarah ke arah Humor dan kekerasan non teknis,tapi Humor berbobot ene ^_^..SO DON'T MISS IT...!!!

Dari 1 jam obrolan yg kami habiskan ini merumuskan hal sebagai berikut bahwa menurut kami organisasi harus dipilah-pilah dulu sesuai dengan kadar alkohol yg dimiliki.
  1.  Legitimate Organitation ; nah organisasi ini adalah organisasi yang berlandaskan pada AD/ART (Anggaran dasar & Anggaran Rumah Tante).Yang menjadikan organisasi ini memiliki legalitas tersendiri dikelasnya.Lepas dari AD/ART yang disusun merupakan patokan atau acuan dalam organisasi ini untuk menjalankan detail penerapan segala macam blaa..blaa..blaa nya organisasi ini.Nah biasanya  didalam salah satu pasal AD mengatur tentang mekanisme pemilihan yg tertuju pada apa yg boleh atw tidak boleh dilakukan dan bersifat terikat.Yahhhh itulah prinsip organisasi seperti ini,Rapi dan Terarah.
    klo dirumuskan : Basic Organisasi Tinggi : Semangat Juang 45 : Tegangnya Rapat
                               = Big Kader Pengisi Kursi MPR/DPR 
  2. Inlegitimate Organitation :  Nah...Organisasi ini beda dengan organisasi yg diatas.Klo yang ini berdiri tanpa terikat AD/ART gak muluk dan gak terlalu ribet seperti ygdiatas lah pokoknya.Organisasi ini lebih meng-Chauvinismekan Musyawarah untuk mufakat dalam sebuah rapat baik skala besar maupun kecil dan hasil keputusan bersama tersebut yg mutlak akan dijalankan oleh semua eksekutor.Dalam organisasi ini pun tidak ada batasan struktural untuk berkecimpung/menjabat di organisasi lain karna mereka berjalan secara Fleksibel namun terarah sehingga Proker yg dijalankan Organisasi ini pun tidak boleh dipandang seblah mata...!!!
    Klo dirumuskan : Basic Organisasi sedang : Insting & Naluri x Semangat Kekeluargaan
                            = Calon Kader Pengisi Kursi KOPERASI 
  3.  Funny Organitation ; Nah...Senangnya membahas Organisasi yg satu ini.Sangat Fleksible tanpa terikat sesuatu hal apapun.Saking fleksibelnya organisasi ini pun jalannya gak jelas hahahaha..Mereka hanya bersenjatakan Nalar,berpelurukan cerdik berbicara bak ular berbisa & bertamengkan senyum pepsodent (senyum dika & papa adi)^_^.Progress organisasi ini ini lebih bersifat naturally  jadi kadang terkoordinir dengan baik namun lebih banyak yang terabaikan hahaha.!!!GAK JELASSSSS
    Klo dirumuskan : Ngak Perlu Basic + Eksistensi tiada tara + Senyum Pepsodent
                               = Calon Kader Pengisi Kursi Cafe SELAMANYA.


    Kesimpulannya gini gan :  Berada dalam satu Organisasi seiring berjalannya waktu telah menata dan membuka jalur pemikiran sobat semua lebih jauh...!!! Salahkah jika kita berkecimpung pada 2 atau lebih organisasi?? IYA SALAH jika anda cuma mejeng nama dalih eksistensi & salah klo anda tidak bekerja secara multifungsi sehingga yang lain terabaikan nantinya.TIDAK SALAH kalau anda benar-benar konsisten ingin dan mampu menjalankan tugas demi membangun organisasi-organisasi tersebut & tidak salah kalau anda yakin anda mampu memegang struktural yang berbeda di organisasi yang berbeda pula.


    Tidak perlu membatasi diri karena yang diperlukan hanyalah pertanggungjawaban terhadap diri.Kenali karakter dirimu,berkonsisten dan berkompetenlah kuncinya...!!!


    " Tanda Akal Seseorang itu Adalah Pekerjaannya & Tanda ilmu Seseorang itu Adalah Perkataannya"

Jumat, 15 Juli 2011

Idealisme Mahasiswa Vs Mahasiswa Ideal

Mahasiswa ideal bukan hanya dengan menjadi kutu buku dengan ciri kacamata minus tebal, atau yang hanya rajin mengikuti kuliah demi kuliah.

Mahasiswa ideal adalah yang juga berani bersentuhan dengan persoalan masyarakat. Namun sentuhannya didasarkan pada cita-cita ideal keilmuan yang bermakna, bukan lepas makna. Sehingga, ketika menjadi corong masyarakat, itu karena memang suara di loudspeaker-nya dibutuhkan pada ruang dan waktu yang tepat.
====
Banyak sorotan yang telah diarahkan pada perilaku mahasiswa saat ini. Sorotan terutama pada aktivitas demonstrasi yang dilakukannya. Mahasiswa bahkan sering diidentikkan dengan demonstrasi. Jalan raya di depan sebuah perguruan tinggi telah diketahui sebagai tempat yang empuk bagi aksi demonstrasi mereka.

Demonstrasi adalah ekspresi idealisme mahasiswa. Dengan demonstrasi, mahasiswa menyalurkan pikiran, pandangan, dan kritiknya. Demonstrasi selama ini sepertinya menjadi parlemen jalanan bagi mahasiswa.

Demo Mahasiswa
Mengapa mahasiswa senang berdemonstrasi? Dengan mudah menjawabnya bahwa untuk menunjukkan protes terhadap kebijakan atau perilaku luar yang dianggapnya merugikan masyarakat, termasuk masyarakat kampus yang mereka wakili.

Lalu mengapa mereka sering melakukan demonstrasi di jalan raya? Itu adalah bagian dari upaya untuk mencari perhatian publik, dan hakikat demonstrasi adalah aksi yang seharusnya diperlihatkan. Karena bila dilakukan di dalam kampus,

ada kehawatiran bahwa suara mereka tidak langsung didengar oleh masyarakat atau pejalan raya. Bahkan ada kekhawatiran tidak diliput oleh media yang bisa diakses oleh masyarakat secara luas.
Persoalannya, mengapa mahasiswa sering terjebak pada aksi demonstrasi yang anarkis? Di sinilah masalahnya.

Kecenderungan pemahaman mahasiswa bahwa sebuah demonstrasi yang sukses bila menimbulkan dampak karena dampak itulah yang nantinya bakal menjadi pertimbangan pengambil kebijakan untuk menimbang ulang protes secara terbuka yang dilakukan oleh mahasiswa.

Karena dampak itulah, mahasiswa berdemo di jalan raya ramai yang sering menimbulkan masalah. Jalan raya bukanlah diperuntukkan untuk tempat demo. Jalan raya adalah tempat umum yang dilalui oleh orang-orang yang mempunyai hajatan, keperluan, atau urusan,

yang mungkin ada yang di antaranya yang sangat mendesak. Menghalangi mereka karena jalanan terblok tentu menjadi masalah tersendiri. Sementara urusan yang mereka jalankan bukan saja untuk kepentingan mereka sendiri.

Ketika mereka sudah berada di jalan raya, mahasiswa sangat rentan disusupi oleh pengaruh yang membuat mereka lepas kontrol karena provokasi dari orang-orang tertentu untuk mengarahkan mahasiswa bertindak anarkis, misalnya saat berhadapan dengan aparat keamanan.

Murni Idealisme?
Ironis memang selama ini, karena mahasiwa memperjuangkan nasib rakyat, termasuk nasib mereka yang terhalangi saat mahasiswa berdemo di jalan raya. Sebuah ironi karena yang diperjuangkan adalah sebuah cita-cita ideal menurut persepsi mahasiswa,

Demo yg Merugikan
tapi terkadang cara memperjuangkannya adalah kontraproduktif dengan idealisme tersebut. Perjuangan dengan cara meresahkan pengguna jalan, merusak jalan raya karena membakar ban, menyebar polusi karena emisi dari ban yang terbakar, menyandera pengendara mobil tangki atau truk, tentu semuanya cara yang cenderung bertolak belakang dengan pencapaian idealisme itu.

Menjadi mahasiswa yang memiliki idealisme memang perlu. Mahasiswa selalu dikaitkan dengan idealisme, bahkan menjadi mahasiswa selalu diidentikkan dengan idealisme itu sendiri. Mahasiswa sering dilihat seperti kelompok terpelajar yang belum memiliki kepentingan politik praktis, sehingga gagasan dan pikiran mereka cenderung dianggap objektif.

Mahasiswa sering ditempatkan sebagai mereka yang belum terkooptasi oleh kepentingan materi karena hidup mereka belumlah dicekoki oleh peran materi yang terkadang menyelewengkan niat tulus. Mahasiswa sering dikaitkan dengan mereka yang apa adanya, tidak neko-neko, sehingga gerakan, pikiran, kritik dan aksi sosialnya dianggap sebagai murni untuk tujuan perubahan.

Namun, idealisme mahasiswa yang sering dilengketkan di atas belumlah cukup untuk mengantar mereka menjadi mahasiswa ideal. Mahasiswa yang melakukan demo secara anarkis adalah bisa saja mereka memiliki idealisme. Mereka digerakkan oleh idealisme yang mampu menggetarkan otak dan otot mereka untuk beraksi.

Mahasiswa ideal sejatinya dilihat dari sudut pandang aktivisme dan pemikiran. Dua hal yang berpadu dalam tradisi kehidupan kampus yang mereka lakoni. Dari segi aktivisme, gerakan mahasiswa telah menoreh catatan penting terhadap sejarah pencarian identitas bangsa ini,

mulai dari sejak awal berdirinya sebagai negara bangsa sampai pada kontribusinya yang menentukan pada lahirnya Orde Reformasi di negeri ini. Di sisi lain, dari mahasiswa-lah yang diharapkan muncul bibit pemikir pembangunan bangsa dengan pikiran-pikiran brilian yang mampu menerobos sekat-sekat keilmuan dan melahirkan pencerahan pengetahuan untuk kesejahteraan masyarakat.

Artinya, menempatkan mahasiswa dalam kerangka ideal memang perlu melihat dari dua unsur tersebut. Mahasiswa ideal dalam perspektif penulis adalah bukan karena semata yang mempunyai idealisme. Mahasiswa ideal adalah yang mampu menampilkan idealismenya dengan cara yang elegan.

Mereka mampu melihat secara jelas cara yang terbaik mengekspresikan idenya. Mereka melihat bahwa cara-cara yang banyak dilakukan selama ini bukanlah sesuatu yang ideal. Mereka mampu melihat indikator tidak idealnya cara tersebut.

Misalnya, banyaknya keluhan dari masyarakat umum apakah melalui bincang-bincang di gardu, melalui sms dan surat pembaca di media dan juga keprihatinan dari pemerintah sendiri atas ulah tersebut.

Singkatnya, menjadi mahasiswa ideal adalah mereka yang mampu membaca dan mengalkulasi efek dari aksi-aksi mereka, termasuk efek berupa pandangan masyarakat luas. Mahasiswa ideal adalah mereka yang turun ke jalan raya bila memang masyarakat secara luas menghendakinya.

Mahasiswa ideal adalah mereka ingin memecahkan masalah masyarakat tanpa menimbulkan masalah lebih besar seperti yang sering terjadi selama ini.

Mahasiswa ideal adalah mereka yang aksinya selalu mempertimbangkan tanggung jawab pencitraan. Mereka mempertimbangkan citra yang harus dipelihara di pundaknya, apakah sebagai harapan orang tua, pemuda harapan umat, calon intelektual negeri, dan pelanjut generasi bangsa.

Mereka berbuat atas dasar pertimbangan pencitraan dan tanggung jawab sosialnya tersebut. Bila aksinya mengancam beban pencitraan tersebut, maka mereka tidak akan melakukannya.

Mahasiswa ideal adalah mereka yang berorientasi pada pemberdayaan pemikiran, yaitu yang rajin melakukan pengasahan intelektual. Mereka sadar bahwa mengasah intelektual tentunya tidak bisa dilakukan di jalan raya atau di pintu gerbang kampus.

Mengasa intelektualitas sejatinya dilakukan di meja kelas, di perpustakaan, di pusat-pusat kajian dan pengkaderan. Pengasahan intelektualisme inilah yang merajut mahasiswa untuk memiliki ketajaman berpikir.

Ketajaman berpikir inilah yang kelak diharapkannya sebagai modal penting setelah meninggalkan kampus. Pikiran-pikiran mencerahkan adalah hal yang sangat berguna untuk dibagi ke masyarakat. Singkatnya, mahasiswa ideal adalah mereka yang tercerahkan.

Dalam kaitan dengan visi UIN Alauddin sebagai lembaga pendidikan Islam tempat menggodok mahasiswa, mahasiswa ideal adalah mereka yang memiliki "inner power" atau istilah Rektor UIN Alauddin adalah "inner capacity".

Inner capacity yang menjadi visi pengembangan UIN Alauddin pada masa kepemimpinan Azhar Arsyad setidaknya memiliki empat aspek penting. Pertama, pembelajaran mahasiswa untuk menjadikan mereka memiliki perangkat akhlak mulia. Dengan orientasi pendidikan untuk pembenahan akhlak mulia, perilaku mahasiswa diharapkan mampu menampilkan perilaku yang menenangkan bukan meresahkan.

Demo Tertib
Aspek pertama ini tentunya mencegah demonstrasi yang anarkis dan tidak produktif. Aspek berikutnya, mahasiswa yang terampil. Mahasiswa yang terampil inilah yang mengarahkan pada kemampuannya untuk hidup secara layak di masyarakat.

Aspek berikutnya adalah mahasiswa yang berpengetahuan luas. Mereka memiliki wawasan yang diperlukan untuk berkontribusi pada kompleksitas kehidupan, termasuk pengetahuan bahasa asing. Aspek yang terakhir adalah kemampuan berpikir bebas.

Mahasiswa dengan aspek ini akan memiliki kreativitas dan kemampuan berimajinasi serta improvisasi dalam penjelajahan ilmu. Karena memiliki akhlak yang mulia, pemikiran bebas yang dimilikinya tidak dihawatirkan untuk menimbulkan keresahan sosial.

Menjadi mahasiswa ideal tidak perlu menjadi spiderman, sebuah cerita fiksi manusia laba-laba yang bisa terbang dan melengket di gedung-gedung tinggi sebagai penyelamat setiap ada anggota masyarakat yang menghadapi masalah,

karena memang itu hanya dalam cerita komik dan film Hollywood yang tidak mungkin dilakukan bukan hanya oleh mahasiswa, tetapi manusia secara umum. Untuk menjadi ideal, mahasiswa hanya perlu menyelamatkan dirinya dari "korban" idealisme,

yaitu mereka yang hanya menjadikan demonstrasi sebagai kompensasi kesemrawutan kuliahnya, dengan gagah-gagahan berteriak di jalan dikelilingi gumpalan asap ban yang dibakarnya.